LANDASAN
FILOSOFIS KURIKULUM
PENGANTAR KURIKULUM
DISUSUN
OLEH :
ACHMAD
PARIZKI (1215121108)
ARIEF RIADI
(1215121103)
ASTI INDAH
WIRASTUTY (1215121107)
GIBRAN
QADARANTA (1215121094)
SITI RIZKIA
PUTRI BINTARI (1215121109)
Program
Studi :TeknologiPendidikan
Jurusan
:KurikulumdanTeknologiPendidikan
FakultasIlmuPendidikan
UniversitasNegeri
Jakarta
2012
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
untuk melangkah lebih maju lagi dalam bidang pendidikan.
Harapan
kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan wawasan bagi para
pembaca, dengan tuangan informasi-informasi dan pemikiran kami yang telah
tersaji di dalamnya.
Makalah
ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini,
sehingga kedepannya, makalah-makalah kami bisa menjadi lebih baik dan lebih
informatif lagi.
Jakarta,
6November 2012
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I............................................................................................................... 1
BAB II............................................................................................................. 2
BAB III............................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LatarBelakang
Kurikulum
sebagai sebuah rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis
dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum
di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam
penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh
dan kuat.
Landasan pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para penyusun
kurikulum atau kurikulum tertulis yang sering disebut juga sebagai kurikulum
ideal, akan tetapi terutama harus dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan
oleh para pelaksana kurikulum yaitu para pengawas pendidikan dan para guru
serta pihak-pihak lain yang terkait dengan tugas-tugas pengelolaan pendidikan,
sebagai bahan untuk dijadikan instrumen dalam melakukan pembinaan terhadap
implementasi kurikulum di setiap jenjang pendidikan. Penyusunan dan
pengembangan kurikulum tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Dibutuhkan
berbagai landasan yang kuat agar mampu dijadikan dasar pijakan dalam melakukan
proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga dapat memfasilitasi tercapainya
sasaran pendidikan dan pembelajaran secara lebih efektif dan efisien.
B. Tujuan
Melalui pemaparan topik ini pembaca diharapkan:
1.
Memiliki wawasan/pemahaman yang luas tentang landasan
pengembangan kurikulum.
2.
Memahamirincian-rinciandalamlandasanfilosofispengembangankurikulum.
3.
Dapatmengambilcontohpengembanganfilosofiskurikulumdalamkehidupansehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Landasan Filosofis
Suatu bangunan kurikulum memiliki empat
komponen yaitu komponen tujuan, isi/materi, proses pembelajaran, dan komponen
evaluasi, maka agar setiap komponen bisa menjalankan fungsinya secara tepat dan
bersinergi, maka perlu ditopang oleh sejumlah landasan yaitu landasan filosofis
sebagai landasan utama, masyarakat dan kebudayaan, individu (peserta didik),
dan teori-teori belajar (psikologis).
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum
ialah pentingnya rumusan yang didapatkan dari hasil berpikir secara mendalam,
analisis, logis, sistematis dalam merencanakan, melaksanakan, membina dan
mengembangkan kurikulum baik dalam bentuk kurikulum sebagai rencana (tertulis),
terlebih kurikulum dalam bentuk pelaksanaan di sekolah.
B.
Filsafat Pendidikan
Filsafat berupaya mengkaji berbagai permasalahan yang dihadapai
manusia, termasuk masalah pendidikan. Pendidikan sebagai ilmu terapan,
tentu saja memerlukan ilmu-ilmu lain sebagai penunjang, di antaranya filsafat.
Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dan pemikiran-pemikiran
filosofis untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan. Menurut Redja
Mudyahardjo (1989), terdapat tiga sistem pemikiran filsafat yang sangat besar
pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada umumnya dan pendidikan di Indonesia
pada khususnya, yaitu : filsafat idealisme, realisme dan filsafat fragmatisme.
C.
Filsafat dan Tujuan
Pendidikan
Bidang telaahan filsafat pada awalnya mempersoalkan siapa manusia itu?
Kajian terhadap persoalan ini berupaya untuk menelusuri hakikat manusia, sehingga
muncul beberapa asumsi tentang manusia. Misalnya manusia adalah makhluk
religius, makhluk sosial, makhluk yang berbudaya, dan lain sebagainya. Dari
beberapa telaahan tersebut filsafat mencoba menelaah tentang tiga pokok
persoalan, yaitu hakikat benar-salah (logika), hakikat baik-buruk (etika), dan
hakikat indah-jelek (estetika). Oleh karena itu maka ketiga pandangan tersebut
sangat dibutuhkan dalam pendidikan. Terutama dalam menentukan arah dan tujuan
pendidikan. Artinya ke mana pendidikan akan dibawa, terlebih dahulu harus ada
kejelasan pandangan hidup manusia atau tentang hidup dan eksistensinya.
Filsafat akan menentukan arah kemana peserta didik akan dibawa, filsafat
merupakan perangkat nilai-nilai yang melandasi dan membimbing ke arah
pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, filsafat yang dianut oleh suatu
bangsa atau kelompok masyarakat tertentu atau bahkan yang dianut oleh
perorangan akan sangat mempengaruhi terhadap tujuan pendidikan yang ingin
dicapai.
Tujuan pendidikan nasional di Indonesia tentu saja bersumber pada pandangan
dan cara hidup manusia Indonesia, yakni Pancasila. Hal ini berarti bahwa
pendidikan di Indonesia harus membawa peserta didik agar menjadi manusia yang
berPancasila. Dengan kata lain, landasan dan arah yang ingin diwujudkan oleh
pendidikan di Indonesia adalah yang sesuai dengan kandungan falsafah Pancasila
itu sendiri.
Sebagai implikasi dari nilai-nilai filsafat Pancasila yang dianut bangsa
Indonesia, dicerminkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional seperti
terdapat dalam UU No.20 Tahun 2003, yaitu : Pendidikan Nasional berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadimanusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta
bertanggung jawab (Pasal 2 dan 3). Dalam rumusan tujuan pendidikan nasional
tersebut, tersurat dan tersirat nilai-nilai yang terkandung dalam rumusan
Pancasila.
Melalui rumusan tujuan pendidikan nasional di atas, sudah jelas tergambar
bahwa peserta didikyang ingin dihasilkan oleh sistem pendidikan kita antara
lain adalah untuk melahirkan manusia yang beriman, bertaqwa, berilmu dan
beramal dalam kondisi yang serasi, selaras dan seimbang. Di sinilah pentingnya
filsafat sebagai pandangan hidup manusia dalam hubunganya dengan pendidikan dan
pembelajaran.
D.
AliranFilsafatPendidikan
Dalam Filsafat Pendidikan, terdapatberbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme,
eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum
pun tidakterlepas pada aliran – aliran filsafat tertentu. Dengan merujuk kepada
pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari
masing-masing aliran filsafat, yang
terkait dengan pengembangan kurikulum.
a.
Perenialisme
lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan daripada
warisan budaya,
dampak sosial tertentudanaliraninilebihberorientasikemasalalu. Pengetahuan dianggap lebih
penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut
faham ini menekankan pada kebenaran absolut dan kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu.
Perenialisme diambil dari kata perenial,
yang dalam oxford Advanced Learner’s Dictionary of currnt english diartikan
sebagai “continuing throughout the whole year” atau “lasting for a very long
time” - abadi atau kekal. Dari makana yang terkandung dari kata itu aliran
perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai-nilai
dan norma-norma yang bersifat kekal abadi.
Di zaman kehidupan modern ini banyak
menimbulkan krisis diberbagai bidang kehidupan manusia, terutama dalam bidang
pendidikan. Untuk mengembalikan keadaan krisis ini, maka perenialisme
memberikan jalan keluar yaitu berupa kembali kepada kebudayaan masa lampau yang
dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya. Untuk itulah pendidikan harus
lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang telah
teruji dan tangguh.
b.
Essensialisme menekankan
pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada
peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Sama halnya
dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan
pendidikan yang memprotes terhadap skeptisisme dan sinisme dari gerakan progrevisme terhadap
nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya/ sosial.
Menurut Esensialisme,
nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui
kerja keras dan susah payah selama beratus-ratus tahun, dan didalamnya berakar
gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu.
Bagi aliran ini “Education as Cultural Conservation”,
Pendidikan Sebagai Pemelihara Kebudayaan. Karena ini maka aliran Esensialisme
dianggap para ahli “Conservative Road to Culture” yakni aliran ini ingin
kembali kekebudayaan lama, warisan sejarah yang telah membuktikan
kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia. Esensialisme percaya bahwa
pendidikan itu harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada
sejak awal peradaban umat manusia.
Karena itu esensialisme memandang bahwa pendidikan
harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama sehinga
memberikan kestabilan dan arah yang jelas.
c. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber
pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti
memahami dirinya sendiri.Aliran ini menghendaki agar
pendidikan selalu melibatkan pserta didik dalam mencari pilihan-pilihan untuk
memenuhi kebutuhannya masing-masing dan menemukan jati dirinya, karena
masing-masing individu adalah makhluk yang unik dan bertanggung jawab atas diri
dan nasibnya sendiri.
d.
Progresivisme menekankan pada
pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi
pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi
pengembangan belajar peserta didik aktif.
Aliran ini berpendapatbahwapengetahuan
yang benarpadamasakinimungkintidakbenar di masamendatang.Progresivisme memandangbahwalingkungan yang ada,
baik yang mengenaimanusiamaupun yang lain tidakbersifatsamaataustatis,
tetapiselalumengalamiperubahan.Dalampendidikan, progresivismeberpendapatbahwapendidikanberpusatpadasiswadanmemberipenekananlebihbesarpadakreativitas,
aktivitas, belajar "naturalistik", hasilbelajar
"dunianyata" danjugapengalamantemansebaya.
Pendidikanharusterpusatpadaanak, bukannyamemfokuskanpada guru ataubidangmuatan.Progresivismeberpendapatbahwapesertadidikmempunyaikemampuanuntukbereksperimendalam
pengalamanhidupnyakarenaadanyabekalpengetahuandankemampuan
yang telahdipelajaridandimilikinya.
e.
Rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah,
berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa
berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu . Penganut aliran ini menekankan
pada hasil belajar daripada proses.
Dalam aplikasinya dalam dunia pendidikan danpembelajaran, aliran
rekonstruktivisme menghendakipembelajaran adalah usaha sadar dari pebelajar
untuk menyikapi setiap perkembangan untuk membangun suatu
pengetahuan,pengalaman, dan keterampilan baru. Pembelajaran bukanlahsuatu
proses yang bersifat dogmatis. Pembelajaran harusmemiliki karakter berpusat
kepada siswa.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme
merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis.
Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi.
Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalamPengembangan Model Kurikulum
Interaksional.
BAB III
KESIMPULAN
Kurikulum baik pada tahap kurikulum sebagai
ide, rencana, pengalaman maupun kurikulum sebagai hasil dalam pengembangannya
harus mengacu atau menggunakan landasan yang kuat dan kokoh, agar kurikulum
tersebut dapat berfungsi serta berperan sesuai dengan tuntutan pendidikan yang
ingin dihasilkan seperti tercantum dalam rumusan tujuan pendidikan nasional
yang telah digariskan dalam UU No.20 Tahun 2003.
Masing-masing aliran filsafat pendidikanpasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena
itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung
dilakukan secara selektif untuk lebih menyesuaikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun
demikian saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya
mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan
lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang
Republik Indonesia No.XX Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional.
0 komentar:
Posting Komentar